Kamis, 10 Februari 2011

alat tangkap lain-lain

ALAT TANGKAP LAIN-LAIN (OTHER OF FISHING GEARS)
Tempuling (Hand Harpoon For Whaling)

1. Definisi dan Klasifikasi
   Tempuling adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari tombak (tempuling) dan tali panjang (tali leo), didesain khusus untuk menangkap paus laut. Tempuling diklasifikasikan ke dalam alat tangkap lain-lain (Subani dan Barus 1989).

2. Konstruksi Alat Penangkap Ikan
    Tempuling terdiri dari tombak (tempuling) dengan panjang 48 cm dan mata tombak berukuran 24 cm yang terbuat dari besi, tali panjang (tali leo) yang diikatkan pada mata tombak tersebut dan bambu sepanjang 4 meter yang berfungsi sebagai alat bantu tikam yang terbuat dari kayu atau bambu (Hardianto 2008). Tempuling bertujuan untuk menjepit atau melukai target tangkapan (von Brandt 1984). Menurut kelompok kami, parameter utama dari tempuling adalah bentuk dan ukuran mata tempuling.

3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
      Perahu yang digunakan adalah perahu layar yang disebut dengan peledang. Perahu tersebut didesain tanpa penutup agar para awak kapal dapat memantau paus laut yang muncul kepermukaan (Hardianto 2008).

3.2 Nelayan
Jumlah nelayan pada pengoperasian tempuling adalah 7 orang anak buah kapal yang bertugas untuk mengemudikan perahu dan satu orang juru tikam (belafaing/lamafa) yang bertugas untuk melemparkan tempuling paus laut (Hardianto 2008).
3.3 Alat Bantu
     Alat bantu pada pengoperasian tempuling adalah gancu yang berfungsi sebagai alat bantu penarik paus laut (Subani dan Barus 1989).
3.4 Umpan
      Pengoperasian tempuling tidak menggunakan umpan karena tempuling ditombakkan langsung pada paus laut oleh juru tikam (Subani dan Barus 1989).

4. Metode Pengoperasian Alat
    Adapun tahapan dalam pengoperasian tempuling ada empat tahap, yaitu sebagai berikut (Subani dan Barus 1989).
a) Tahap persiapan. Pada tahap ini, belafaing/lamafa/juru tikam mengamati tanda-tanda munculnya paus laut sementara peledang dikayuh mendekati paus laut secepatnya;
b) Setting. Ketika peledang sudah dekat dengan paus laut, juru tikam mengangkat tempuling dan menombakkan tempuling ke tubuh paus laut, biasanya tikaman sampai empat kali atau bahkan lebih;
c) Paus laut yang tertikam berusaha melarikan diri, sementara pembantaian terus dijalankan agar paus laut cepat mati;
d) Hauling. Setelah paus laut mati, tempuling ditarik kembali kemudian paus tersebut ditarik mendekati peledang dan diseret ke pantai.

5. Daerah Pengoperasian
   Daerah pengoperasian tempuling biasanya di permukaan perairan. Distribusi tempuling yaitu di desa Lamalera, Pulau Lembata (Subani dan Barus 1989).

6. Hasil Tangkapan
   Hasil tangkapan tempuling adalah koteklemah (sperm whale, Physeter catodon), seguni (killer whale, Orcinus orca), temubela (short finned pilot whale, Globichepala macrorhyncha) dan pari hantu (big devil ray) (Subani dan Barus 1989).

Daftar Pustaka
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Von Brandt A. 1984. Fish Catching Methods of the World. London: Fishing News Book.
Hardianto N. 2008. Perburuan Paus di Lamalera. http://hardianto-taekwondo.blogspot.com/2008/12/perburuan-paus-di-lamalera.html. [8 Desember 2009]

ALAT TANGKAP LAIN-LAIN (OTHER OF FISHING GEARS)
Cover Pot

1. Definisi dan Klasifikasi
   Cover pot adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari anyaman bambu yang ujungnya meruncing, didesain berbentuk seperti sarang lebah yang terdapat bukaan pada bagian atasnya (von Brandt 1984). Cover pot termasuk falling gear (penangkapan dengan alat yang ditebarkan atau dijatuhkan dari atas) (von Brandt 1984). Cover pot diklasifikasikan ke dalam alat tangkap lain-lain (Subani dan Barus 1989).

2. Konstruksi Alat Penangkap Ikan
    Cover pot terbuat dari anyaman bambu yang ujungnya meruncing, didesain berbentuk seperti sarang lebah yang terdapat bukaan pada bagian atasnya (von Brandt 1984).
Menurut kelompok kami, parameter utama dari cover pot adalah bukaan mulut cover pot.

3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
      Kapal tidak digunakan dalam pengoperasian cover pot karena metode pengoperasian cover pot sangat sederhana, yaitu menelungkupkan dan menancapkan cover pot ke daerah pengoperasian tempat sasaran tengkap berada (von Brandt 1984).
3.2 Nelayan
     Jumlah nelayan pada pengoperasian cover pot adalah satu orang yang bertugas menelungkupkan dan menancapkan cover pot ke daerah pengoperasian (von Brandt 1984).
3.3 Alat Bantu
      Tidak ada alat bantu karena metode pengoperasian cover pot hanya menelungkupkan dan menancapkan cover pot ke daerah pengoperasian (von Brandt 1984).

4. Metode Pengoperasian Alat
   Metode pengoperasian cover pot sangat sederhana, yaitu dengan cara menelungkupkan cover pot pada sasaran sehingga sasaran tersebut terkurung rapat. Kemudian nelayan mengambil hasil tangkapan melalui mulut cover pot. Metode pengoperasian ini akan lebih efektif jika cover pot dioperasikan di air keruh dan berlumpur serta dilakukan oleh nelayan secara bersama-sama (von Brandt 1984).

5. Daerah Pengoperasian
    Daerah pengoperasian cover pot biasanya di perairan air tawar yang dangkal dan banyak terdapat tanaman air. Distribusi cover pot yaitu di Kerala (India Selatan), Thailand, Asia Selatan, Afrika, Eropa Timur, Jerman, Melanesian (bagian Oceania), Rumania (von Brandt 1984).

6. Hasil Tangkapan
    Hasil tangkapan cover pot adalah ikan gurame (Osphronemus gouramy), ikan gabus (Channa striata), ikan sepat (Trichogaster sp.), ikan mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan mas (Cyprinus carpio) (Materi Kuliah Metode Penangkapan Ikan 2009).

Daftar Pustaka
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Von Brandt A. 1984. Fish Catching Methods of the World. London: Fishing News Book.

ALAT TANGKAP LAIN-LAIN (OTHER OF FISHING GEARS)
Panah (Arrow)

1. Definisi dan Klasifikasi
    Panah adalah alat penangkap ikan yang terdiri tangkai panah dan mata panah yang ujungnya meruncing, dengan jumlah mata panah tiga jenis (mata satu, mata dua dan mata tiga), dioperasikan di perairan pantai dengan cara menombakkan panah ke target tangkapan. Panah diklasifikasikan ke dalam alat tangkap lain-lain (Subani dan Barus 1989).

2. Konstruksi Alat Penangkap Ikan
    Panah terdiri dari tangkai panah yang terbuat dari kayu atau bambu dan mata panah yang terbuat dari besi. Bentuk mata panah ada yang hanya satu, dua dan tiga (Subani dan Barus 1989). Panah bertujuan untuk menjepit atau melukai target tangkapan (von Brandt 1984).
Menurut kelompok kami, parameter utama dari tempuling adalah bentuk mata panah.

3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
     Kapal yang digunakan adalah perahu kecil sebagai alat transportasi nelayan ke daerah pengoperasian panah (Subani dan Barus 1989).
3.2 Nelayan
     Jumlah nelayan pada pengoperasian panah adalah dua orang, satu orang bertugas untuk mengemudikan perahu dan satu orang bertugas untuk mengoperasikan panah (Subani dan Barus 1989).

4. Metode Pengoperasian Alat
   Metode pengoperasian panah sangat sederhana. Setelah nelayan berada di fishing ground, nelayan menombakkan atau menancapkan panah ke target tangkapan (Subani dan Barus 1989).

5. Daerah Pengoperasian
   Daerah pengoperasian panah biasanya di perairan pantai. Distribusi panah yaitu di Merauke, Cegat, Kaimana, Fak-fak, Monokwari, Sorong, Kepulauan Kai-Aru, Kepulauan Tanimbar (Irian Jaya) (Subani dan Barus 1989).

6. Hasil Tangkapan
    Hasil tangkapan panah adalah jenis-jenis sumberdaya perikanan pantai, yaitu: biang-biang (Setipinna spp), bulu ayam (Engraulis spp), kasihmadu (Kurtus indicus), nomei (Harpodon spp), gulamah (Sciena spp), puput, matalebo (Pellona spp), bawal putih (Pampus argenteus), tenggiri (Scomberomorus spp), mayung (Arius spp), jenis-jenis udang, golok-golok (Chirosenrus spp), beloso (Saurida spp), pari (Rays) (Subani dan Barus 1989).

Daftar Pustaka
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Von Brandt A. 1984. Fish Catching Methods of the World. London: Fishing News Book.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar